Formasi 4-4-2 (Empat Empat Dua)
Tepatnya formasi ini memainkan semua sisi, sayap memainkan peran penting dalam memacu serangan dan mendukung striker. Hal ini terbukti dalam pendekatan dari Manchester United dan Arsenal selama akhir 1990-an dan awal 2000-an. Yang digunakan mantan pemain David Beckham dan Gary Neville untuk mengirim umpan silang dari posisi sayap (juga kemampuan Beckham dalam tendangan bebas), sedangkan Arsenal sangat tergantung pada kontribusi sayap kanan Freddie Ljunberg dan sayap kiri Rober Pires.
Tetapi kedua tim terlihat kontras di tengah lapangan yang menceriminkan variasi dalam formasi 4-4-2. Lini tengah diisi oleh Paul Scholes dan Roy Keane merupakan campuran dari tipe yang menyerang dan tipe jangkar. Sedangkan Arsenal lebih menerapkan kombinasi pemain jangkar yang kuat-kuat seperti Patrick Vieira dan Gilberto Silva.
Formasi 4-5-1 (Empat Lima Satu)
Formasi yang telah dikembangkan beberapa kali, 4-5-1 biasanya bertipikal defensif. Tetapi memiliki kelemahan untuk melakukan ancaman serangan. Kualitas dasar dari 4-5-1 adalah tiga orang pemain gelandang tengah dan satu striker gantung (biasanya menjadi target-man). Dengan komposisi gelandang tengah, secara teknik akan kuat di tengah lapangan dan memberikan kesempatan untuk melakukan serangan balik ketika menyerang. Ketika menyerang, 4-5-1 tergantung pada sayap yang mendukung striker tunggal.
Mungkin ilustrasi terbaik dari 4-5-1 adalah sistem dari Jose Mourinho. Baik sebagai manager FC Porto maupun Chelsea, Mourinho menerapkan sisi defensif yang kuat dan gelandang bertahan yang baik, sementara serangan bergantung pada kerja keras seorang gelandang serang dan seorang striker yang bertujuan menciptakan gol-gol dari lini tengah. Di Chelsea John Terry adalah kapten dan bek tengah yang defensif, pemain tengah michael essien. Pada gelandang serang ditempatkan Frank Lampard yang sering memberikan gol dari lini tengah, yang didukung dengan baik di sisi sayap oleh Raul Meireles dan Florent Malouda dan upaya Didier Drogba digaris depan banyak menciptakan gol. Formasi ini sangat sukses, dengan meraih gelar liga 2005-2006, yang sebelumnya membangun prestasi di Porto dengan mendatkan tropi liga champion 2004.
Formasi 4-3-3 (Empat Tiga Tiga)
Dalam beberapa cara, 4-3-3 mencakup dari formasi 4-5-1. Namun, formasi 4-5-1 didukung oleh formasi sayap dan terpusat pada gelandang tengah yang dimana formasi 4-4-3 lebih berfokus pada menyerang daripada bertahan.
Teori ini dikembangkan oleh Frank Rijkaard ketika sebagai manajer di Barcelona. Dihadapkan dalam masalah bagaimana menghadapkan dengan Samuel Eto'o, Ronaldino dan Lionel Messi, serta sejumlah gelandang. Rijkaard mengadopsi formasi 4-3-3, segitiga pemain di depan di dukung oleh lini tengah yang kreatif dan defensif seperti Xavi, Edmilson dan Iniesta. Saat itu sangatlah sukses, mendapatkan gelar La Liga pada tahun 2005 - 2006 dan trofi liga champion pada tahun 2006.
Formasi 'Diamond' (4-3-1-2 - Empat Tiga Satu Dua)
Dalam formasi diamond mengacu pada lini tengah, dengan gelandang penyerang dan gelandang bertahan diapit oleh dua sayap, yang bergerak sedikit untuk menyokong lini tengah. Untuk menutupi kekurangan di sisi samping, pemain wing-back membantu maju untuk melakukan penyerangan.
Formasi 5-3-2 (Lima Tiga Dua)
Secara teori formasi 5-3-2 adalah murni defensif yang berpusatkan pada lini pertahanan. Tiga bek tengah memberikan pertahanan lebih, sementara tiga gelandang semua terletak disekitar pusat lingkaran. Ada kesenjangan yang mencolok antara lini tengah dan serangan, sedangkan permainan sayap dipertanggung jawabkan oleh pemain bertahan yang berlebih.
Tetapi, praktisi yang paling terkenal dari metode ini pada tahun 1990an di daerah Jerman Barat yang tidak ada pemain di sisi depan gawang. Dalam perjalanan mereka di piala dunia 1990, mereka mencetak 15 gol luar biasa dengan gelandang Lothar Matthäus yang ditemani 4 pemain bertahan. Sebenarnya formasi 5-3-2 taktik yang penuh teka-teki, meskipun jarang dipakai sekarang ini
0 komentar:
Posting Komentar